Selasa, 20 Juli 2010

Senin, 21 Juni 2010

pukul dua empat enam, dini hari

menjelang maghrib kulihat sosokmu pulang
diiringi kumandang azan dan matahari senja
begitu besar
begitu kuat
dan tua
kerutan di wajahmu semakin kentara
terlihat tampan memang
tapi lelah terus menggelayuti matamu
aku bahkan tak mencium tanganmu waktu itu
kau berlalu di depanku tanpa menoleh sedikitpun
aku berpaling memandang istrimu
wajahnya begitu bahagia melihatmu pulang
tapi senyumannya sangat kecut
sekali lagi setelah berkali-kali sebelumnya
pertengkaran memang selalu ada
sampai malam tertelan gelap
tak sepatah kata pun keluar diantara semua
sampai tahajud menjelang
semua terbangun gelagapan
ponselnya berdering keras sekali
kau angkat dengan suara serak dan hidung yang tersumbat
sebuah panggilan
pukul dua empat enam
anda siap dalam lima menit
ponsel tetap menempel di telinga anda saat anda pergi
berlalu begitu kencang menembus malam
istrimu, dia hampir menangis khawatir
begitu juga anakmu
tubuhnya terbaring dengan mata terjaga
menunggu kabar dari bapaknya
dua puluh menit yang menyiksa sampai kabar bapaknya selamat sampai tujuan diterima

papa, suara batuk dan kebiasaan ngebutmu membuatku selalu diliputi rasa cemas setiap waktu